Hairul Anas Suaidi (kiri) keponakan Mahfud MD/ilustrasi |
MUHAMMADIYAH 4 PBB -- Menjelang Muktamar ke V Partai Bulan Bintang (PBB) yang rencananya digelar pada September 2019 nanti, muncul sejumlah nama dari kalangan millenial digadang-gadang untuk menjadi Ketua Umum DPP PBB menggantikan Yusril Ihza Mahendra. Mereka adalah Zulkifli Ali, Hasfil, Rijal Kobar dan Hairul Anas Suaidi.
Keempat nama tersebut mewakili unsur internal dan eksternal PBB. Dari internal, Zulkifli Ali saat ini menjabat Ketua DPP PBB dan Hasfil yang saat ini menjabat Wasekjen DPP PBB. .
Sementara, dua calon eksternal, yakni Rijal dikenal sebagai aktivis Islam dan saat ini menjadi Ketua umum (Komando Barisan Rakyat) dan Hairul Anas Suaidi yang akrab disapa Anas praktisi digital ekonomi yang juga anggota Syarikat Alumni Institut Teknologi Bandung (SA ITB).
Zulkifli atau Zul sendiri pernah menjabat sebagai Sekretaris Jendral (Sekjen) Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa islam (PB HM) era Anas Urbaningrum menjabat Ketum PB HMI. Lantaran itu, Zul dikenal luas dikalangan aktivis khususnya aktivis Islam.
Hasfil termasuk mewakili millenial dan dikenal dikalangan aktivis Islam khususnya aktifis HMI. Maklum, Hasfil sempat menjabat Wakil Sekretaris HMI cabang Jakarta, mantan pengurus di PB HMI dan saat ini pengurus Syarikat Islam (SI).
Baca: Inikah Calon Ketum PBB di Muktamar ke-5 2019?
Rijal dikalangan aktivis Islam, ulama dan kyai serta kelompok nasionalis cukup dikenal. Namanya semakin mencuat saat melakukan perlawanan terhadap mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang dipidana penista agama. Rijal yang juga mantan aktivis HMI ini bersama kakaknya Jamran bahkan sempat mendekam di balik jeruji besi selama 6 bulan 15 hari dijerat pasal UU ITE. Banyak yang menduga, penahanan Rijal itu tak lepas dari sepak terjangnya ‘melawan’ Ahok. Apalagi, Rijal ditangkap aparat kepolisian beberapa jam menjelang aksi damai 212 di sekitar Monas, Jakarta.
Selepas dari penjara, Rijal yang selalu bersemangat jika berbicara soal ketidakadilan dan kezaliman ini tak berdiam diri. Bahkan sepak terjangnya makin diperhitungkan. Dia selalu muncul di depan dalam sejumlah aksi melawan ketidakadilan termasuk aksi-aksi massa melawan pemilu curang 2019. Sebelumnya, Rijal juga sudah memimpin aksi massa menolak pemilu curang pada Pilpres 2014 lalu.
Anas sendiri dikenal publik saat menjadi saksi Tim Kuasa Hukum Prabowo – Sandi dalam sidang sengketa Pilpres 2019. Anas yang juga mantan caleg PBB Daerah Pemilihan Jawa Timur XI (Madura Raya meliputi Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep) ini berani mengungkapkan fakta-fakta kecurangan yang diduga dilakukan oleh pasangan Jokowi – Maruf Amin sebagai rival Prabowo – Sandi. Lelaki yang merupakan keponakan Mahfud MD ini buat gempar sidang di MK lantaran mengaku pernah mengikuti pelatihan saksi TKN Jokowi-Amin.
Dipersidangan, Anas mengaku mendapat materi dari Ketua Harian TKN Jokowi-Amin yang juga Kepala Staf Kepresidenan Jenderal (Purn) Moeldoko dengan judul ‘Kecurangan Bagian dari Demokrasi’.
Ditemui terpisah, keempat calon tersebut menyatakan siap memimpin PBB melalui forum muktamar nanti. “Memang ada dukungan dari banyak pihak kepada saya untuk maju menjadi Ketum PBB. Karena mereka menilai saya layak untuk itu. Makanya, saya nyatakan diri siap untuk maju. Mohon dukungan teman-teman semua,” tegas Zul di Jakarta, Senin (29/7/2019).
Menurut Zul, saat ini PBB memang membutuhkan pembaruan. Perolehan suara PBB yang terus merosot dalam pemilu, menjadi bukti bahwa PBB harus segera dibenahi.
“Saya sudah cukup lamalah di PBB, jadi tahu apa penyakitnya. Tentu saya punya resepnya bagaimana PBB bisa bangkit kembali seperti awal berdiri tahun 1999 yang meraih suara sebanyak 2.049.708 dan menduduki 13 kursi di DPR. Begitupun di Pemilu 2004, suara PBB naik sekitar 900.000 menjadi 2.970.487, meskipun jumlah kursinya di DPR berkurang menjadi 11 kursi. Tapi, sejak Pemilu 2009 hingga 2019 ini suara PBB makin anjlok. Tentu ada masalah dan salah satu masalahnya soal leadership. Insha Allah, saya siap pimpin PBB,” tegas Zul.
Senada dengan Zul, Hasfil pun menyatakan kesiapannya untuk maju merebut kursi Ketum DPP PBB. Alasannya, PBB harus segera berbenah diri melalui pergantian pucuk pimpinan. Jika tidak, maka PBB diyakini akan menjadi kenangan.
“Kalau PBB mau maju, memang harus ada perubahan termasuk pengurusnya. Kawan-kawan di internal mendorong saya untuk maju sebagai ketum. Karena saya diberi amanah, maka Insha Allah, saya siap maju ikut berjuang bersama-sama membangun dan membesarkan PBB,” jelas Hasfil.
Rijal sendiri mengaku cukup mengenal PBB, karena akrab dengan sejumlah elit PBB. Diantaranya dengan MS Kaban (Ketua Majelis Syuro PBB), Yusril (Ketum DPP PBB), Jamaludin Kariem (Wakil Ketua DPP PBB) dan lainnya. Karena itu, Rijal sudah meyakinkan dirinya untuk maju memimpin partai warisan Masyumi itu.
“Dengan PBB saya cukup familiar meskipun saya bukan pengurus. Komunikasi dengan Bang Kaban, Bang Yusril dan Bang Jamal cukup baik. Makanya, saya juga tahulah apa masalah yang membelit PBB sampai perolehan suaranya terus anjlok. Saya diminta kawan-kawan dari internal PBB dan juga didukung Ormas Islam agar maju sebagai Ketum PBB. Kalau memang Allah menghendaki saya untuk memimpin PBB, Insha Allah saya siap,” jelasnya.
Sementara Anas yang dihubungi melalui telepon selularnya juga menyatakan kesiapannya untuk maju. Dia merasa terpanggil untuk membenahi PBB sebagai bentuk kepeduliannya terhadap Umat Islam.
“Saya kemarin caleg PBB dan prihatin dengan kondisi PBB saat ini. Makanya, saya merasa terpanggil untuk membenahi setelah mendapat dukungan dari para tokoh di PBB dan Ormas Islam. Insha Allah saya sudah punya konsep yang sebenarnya sudah saya paparkan dihadapan sahabat-sahabat PBB saat seminar soal nasib parpol Islam psaca Pemilu 2019 di Sentul, Bogor kemarin. Jadi, insha Allah kalau didukung, maka saya siap untuk maju menjadi Ketum PBB,” tegas Anas.
Internal Siap Isi Jabatan Sekjen PBB
Wasekjen DPP PBB, Abdul Kadir Assegaf yang akrab disapa Habib Kadir mengungkapkan adanya keinginan dari internal dan Ormas Islam agar PBB melakukan pembenahan. Caranya, dengan peralihan kekuasaan secara konstitusional melalui muktamar.
“Iya, memang ada keinginan kuat dari kawan-kawan di PBB dan tokoh Islam baik di Ormas maupun para intelektual Muslim agar PBB segera berbenah diri dan melakukan pergantian kepemimpinan melalui muktamar. Makanya, muncul nama Zulkifli, Rijal Kobar dan Anas yang dianggap mewakili kelompok Islam millenial. Ini juga mencuat saat seminar di Sentul kemarin,” beber Ketua Panitia Seminar Nasional ‘Prospek Partai Islam Pasca Pilpres dan Pileg 2019 di Indonesia’ di Hotel Lorin, Sentul, Bogor, Jawa Barat pada 25 – 26 Juli 2019 yang digagas Forum Aktivis Islam.
Sementara Ketua DPP PBB, Yusuf Hasani menilai tiga nama yang muncul sebagai calon Ketum PBB itu memenuhi persyaratan yang diinginkan Umat Islam.
“Mereka bertiga para caketum itu saya anggap punya kapasitas. Mereka memiliki kredibilitas, integritas dan yang terpenting sikap istiqomah yang sudah langka saat ini. Kami dukung mereka untuk menjadi Ketum PBB. Apalagi, Rijal itu istiqomah dan jejak perjuangannya jelas. Sama dengan Zul, Rijal itu kader Umat Islam yang Insha Allah baik,” ujar Yusuf.
Yusuf berharap, persoalan penting yang menjadi sumber utama anjloknya perolehan suara PBB bisa dijawab para calon. Yakni, soal kepemimpinan, komunikasi dan kaderisasi. “Jujur saja, ada beberapa pengurus khususnya di DPP PBB yang tak memiliki kompetensi. Sehingga, PBB makin anjlok. Ada pengurus yang tak paham AD/ART, inikan parah. Belum lagi soal komunikasi dan kaderisasi tak jalan,” ungkapnya.
Senada dengan itu, Wasekjen PBB, Yunasdi juga menilai pergantian kepemimpinan di PBB sudah menjadi kebutuhan. Jika tidak dilakukan, dia khawatir PBB makin hancur.
“Kalau tak ada pembaruan di PBB, maka tinggal tunggu waktu PBB hancur. Makanya, kami dukung majunya empat caketum yang mewakili kalangan millenial Muslim. Insha Allah PBB kembali bangkit,” tandasnya. (sumber)
Posting Komentar