Tulisan Prof Biyanto berjudul Agar Muhammadiyah Tak Lagi Yatim Piatu Politik menarik untuk ditanggapi.
Guru Besar UINSA Surabaya itu bertanya, pada Pilkada 2020, seberapa banyak pasangan calon (paslon) yang memiliki ikatan dengan persyarikatan?
Harus diakui warna persyarikatan tidak terlalu tampak, jika tidak ingin disebut tidak tampak sama sekali dalam politik. Berbeda dengan saudara kita warga Nahdliyin atau kelompok Sukarnois-marhaenis.
Mengambil contoh di Lamongan, salah satu paslon jargonnya jelas dan lugas, “Wis wayahe wong NU duwe bupati NU.” Pilkada Surabaya tidak jauh berbeda. Salah satu paslon mengenakan pin Bung Karno di baju dan peci unuk menegaskan sebagai Sukarnois-marhaenis sejati.
Posting Komentar