Tak Banyak Tahu, Djoeanda Kartawidjaja Pencetus Deklarasi Juanda Kader Muhammadiyah

ilustrasi
MUHAMMADIYAH 4 PBB -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan masih banyak yang tak mengerti bagaimana sebenarnya kuatnya pertalian organisasi itu dengan sejarah pergerakan Indonesia. (baca)

"Banyak contoh bagaimana Muhammadiyah melahirkan pejuang kemerdekaan," ujar Haedar di sela pelantikan pengurus Perguruan Tapak Suci Putera Muhammadyah di Yogya Sabtu 27 Oktober 2018.

Haedar mencontohkan sejumlah pendiri bangsa yang sebenarnya kader Muhammadiyah tulen namun belum banyak diketahui.

Misalnya tentang presiden RI pertama Soekarno yang merupakan salah satu murid pendiri Muhammadiyah, Kiai Ahmad Dahlan. Ahmad Dahlan di masa silam kerap bolak balik ke Surabaya, menyambangi kost milik Cokroaminoto. Di tempat itu Ahmad Dahlan mengajar Soekarno dan anak muda pergerakan lain seperti Agus Salim juga Semaun.

Sampai akhirnya Soekarno resmi menjadi kader Muhammadiyah di tahun 1930. Bahkan Soekarno setelah itu, menjadi pengurus majelis pendidikan dasar dan menengah milik Muhammadiyah di Bengkulu.

Soekarno pun lantas beristrikan Fatmawati, seorang kader Aisyiah- organ Muhammadiyah, yang juga anak tokoh Muhammadiyah Bengkulu. Fatmawati sendiri merupakan ibu dari sejumlah tokoh salah satunya Megawati Soekarnoputri.

"Kadang orang Muhammadiyah juga tidak tahu (sejarah Muhammadiyah dengan Soekarno)," ujar Haedar.

Begitupula saat Haedar diundang untuk menghadiri ceramah di kediamaan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Saat Haedar mengulas bahwa Soekarno juga merupakan kader Muhammadiyah, sejumlah kader PDIP saat itu juga baru mengetahui penggalan sejarah tersebut.

Begitu juga Djoeanda Kartawidjaja yang melahirkan Deklarasi Juanda juga merupakan kader Muhammadiyah.

"Jadi betapa erat sebenarnya pertalian Muhammadiyah dengan pergerakan nasional, hanya kurangnya Muhammadiyah tak suka gembar-gembor, tak suka bicara, bahkan tak suka berslogan 'NKRI harga mati'," ujar Haedar.

Haedar menegaskan meski tak suka gembar gembor tentang NKRI, namun Muhammadiyah sangat mencintai NKRI.

"Meskipun bentuk cinta Muhammadiyah pada NKRI itu tidak selalu memanjakan, tapi juga meluruskan (jika ada yang dinilai salah arah)," ujarnya.

Sayangnya, ujar Haedar, seringkali sikap kritis Muhammadiyah dianggap sebagai bentuk sikap anti pemerintah dan kekuasaan.

"Kritisnya Muhammadiyah itu bentuk cinta kepada bangsa, agar tak salah arah," ujarnya.

Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © Keluarga Muhammadiyah Pendukung Partai Bulan Bintang. Designed by OddThemes | Distributed By Gooyaabi Templates